×
UKRIDA Virtual

Balok-Kolom Beton Pracetak

2025 | Herman Parung, Rita Irmawati, Miswar Tumpu, Widsri Palamba

Material utama konstruksi beton memiliki keunggulan dari segi kekuatan, daya tahan, efisiensi biaya, dan terus berkembang hingga bentuk pracetak dari hasil produksi dengan kontrol kualitas tinggi di luar lokasi proyek. Di Indonesia sendiri, beton pracetak mulai digunakan sejak tahun 1970-an sebagai elemen tambahan pada struktur bangunan dan inovasinya juga terus berkembang. Dalam buku ini dibahas mengenai sambungan balok dan kolom beton pracetak pada sambungan plat dan sambungan lidah. Hubungan balok-kolom merupakan daerah yang sangat kritis saat terjadi pembebanan berlebih akibat gempa, yang jika tidak diantisipasi dengan baik akan mengakibatkan keruntuhan pada struktur secara keseluruhan. Kekuatan joint pada sambungan balok-kolom beton pracetak menggunakan sambungan plat (JPSP - Joint Pracetak Sambungan Plat) dan sambungan lidah (JPSL - Joint Pracetak Sambungan Lidah). Secara umum, kekuatan sambungan JPSP sama dengan kekuatan beton monolit dan dapat diaplikasikan pada konstruksi di lapangan. Sambungan JPSP tidak menimbulkan kerusakan pada plat sambung baja. Untuk sambungan JPSL, kekuatannya masih berada di bawah sambungan balok-kolom monolit. Hal ini disebabkan karena adanya kerusakan sambungan akibat kecilnya jarak antara lubang baut dari tepi balok serta terlalu pendeknya ujung balok yang disambung, sehingga beton pada bagian ujung hancur akibat konsentrasi tegangan. Dengan melihat perbandingan perilaku sambungan monolit dan pracetak, terlihat bahwa sambungan balok-kolom pracetak, khususnya tipe JPSP, mampu memberikan kekuatan struktural yang setara dengan monolit dan layak untuk diimplementasikan sebagai solusi konstruksi yang efisien dan andal.