Refleksi Meruntuhkan "Tembok Yerikho" dalam Diri di Ibadah Dosen dan Karyawan UKRIDA
Unit Pengembangan Spiritualitas mengadakan Ibadah Dosen dan Karyawan UKRIDA pada Rabu, 26 Februari 2024, di Junction Kampus I untuk menjadi momen refleksi mendalam bagi seluruh civitas academica UKRIDA
Manusia sering menciptakan batasan atau tembok dalam kehidupan pribadi dan hubungan dengan sesama, sehingga terkadang menghambat pertumbuhan, kolaborasi, dan kasih yang sejati. Tembok-tembok tersebut termasuk ego, prasangka, kepentingan pribadi, rasa malu dan kecil diri, kemalasan, eksklusivitas, sikap defensif maupun sekat-sekat profesi/keahlian yang memisahkan individu, kelompok, suku, golongan, keyakinan, bangsa, kepentingan, dan lainnya.
Terkadang manusia begitu sibuk melindungi diri sehingga sulit membuka diri untuk saling menjangkau, merangkul, dan menerima. Seiring dengan tantangan tersebut, Unit Pengembangan Spiritualitas mengadakan Ibadah Dosen dan Karyawan UKRIDA pada Rabu, 26 Februari 2024, di Junction Kampus I untuk menjadi momen refleksi mendalam bagi seluruh civitas academica UKRIDA yang hadir. Yanny Yesky Mokorowu, S.Th., M.Hum., dosen dan juga Kepala Unit Pengembangan Spiritual (UPS), mengawali doa dalam kegiatan ibadah ini.
Dengan tema “Advancing God’s Love: Meruntuhkan Tembok Yerikho”, renungan yang dipimpin oleh dr. Theresia Citraningtyas, MWH., Ph.D., Sp.KJ., Wakil Rektor Bidang Mahasiswa, Alumni, Kerjasama dan Kewirausahaan (WR III), menggarisbawahi tantangan spiritual dan psikologis melalui kisah Kota Yerikho.
Mengutip Kitab Yosua 6:20, para hadirin diundang untuk merenungkan mengenai perintah Tuhan untuk mengelilingi kota dan bersorak-sorai membunyikan sangkakala hingga meruntuhkan tembok-tembok besar yang memisahkan melalui kitab tersebut. “Hari ini, kita diajak meruntuhkan ‘tembok Yerikho’ dalam diri kita, seperti keraguan, rasa bersalah, kurang sabar, tidak percaya diri, ketakutan, prasangka atau kesombongan yang menghalangi kasih Tuhan mengalir,” ungkapnya.
Ia menjelaskan kepada dosen dan karyawan yang hadir, “Kita sebagai perguruan tinggi adalah sangkakala. Kitalah yang bersuara lewat publikasi ilmiah, seminar, pengabdian masyarakat, dan pendidikan tinggi sehingga meruntuhkan tembok-tembok di dunia yang menghalangi cinta kasih Tuhan untuk mengalir pada sesama. Namun, sebelum itu, kita harus meruntuhkan tembok dalam diri sendiri,” jelasnya.
Para hadirin diharapkan dapat mengidentifikasi “tembok” pribadi melalui refleksi interaktif. Lebih lanjut, dr. Citra menyampaikan, “Tembok ini kita bangun sendiri karena pengalaman buruk atau rasa tidak aman di masa lalu. Alhasil, tembok itu justru membatasi kasih Tuhan untuk mengalir melalui hidup kita.” Civitas academica yang hadir diajak berpartisipasi aktif dengan meminta para dosen dan karyawan untuk berdiri dan saling berinteraksi. “Ini simbol meruntuhkan tembok prasangka dengan membuka diri,” ujarnya. Suasana terasa hangat saat peserta saling berinteraksi satu sama lain.
Selain itu, UKRIDA dan GKI Sinode Wilayah Jawa Barat juga terus memperkuat kerjasama dalam membangun pelayanan kerohanian. Pertemuan tersebut dihadiri oleh perwakilan GKI, yaitu Pendeta Cordelia Gunawan, Ketua Umum Badan Pekerja Majelis Sinode Wilayah (BPMSW) Jawa Barat (termasuk DKI Jakarta) dan Pendeta Natanael Setiadi, Sekretaris Umum BPMSW GKI SW Jawa Barat Periode 2023-2027. Sementara itu, UKRIDA diwakili oleh Yanny Yesky Mokorowu, S.Th., M.Hum., Kepala Unit Pengembangan Spiritual (UPS) dan Novariana Damanik S.S, Wakil Ketua UPS, Nathanael Lodwig Ananto, Ketua Persekutuan Mahasiswa dan Fernanda Revalina Yaputra, Wakil Ketua Persekutuan Mahasiswa.
UKRIDA dengan motto Lead to Impact berlandaskan Nilai-Nilai Kristiani (N2K) siap memancarkan kasih dan kabar gembira secara terbuka bagi sesama tanpa memandang perbedaan melalui seluruh civitas academica.