Diskusi Interaktif dan Inspiratif : Ingin Mati Bukan Tanda Kurang Iman, Melainkan Butuh Pertolongan

Publish by Humas  |  22 Oktober 2024  |  1841

all

UKRIDA turut berpartisipasi pada kegiatan diskusi yang diadakan oleh Persatuan Wartawan Nasrani (Pewarna) Indonesia bertempat di Media Center PGI Salemba, Jakarta Pusat Senin, 21 Oktober 2024. 

UKRIDA turut berpartisipasi pada kegiatan diskusi yang diadakan oleh Persatuan Wartawan Nasrani (Pewarna) Indonesia dengan tema “Ingin Mati Bukan Tanda Kurang Iman, Melainkan Butuh Pertolongan” bertempat di Media Center PGI Salemba, Jakarta Pusat pada Senin, 21 Oktober 2024. Kegiatan ini diselenggarakan berkaitan dengan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia yang diperingati 10 Oktober setiap tahunnya.

Bersama tiga ahli lintas bidang, antara lain; dr. Theresia Citraningtyas, MWH, Ph.D., Sp.KJ (Wakil Rektor Bidang Mahasiswa, Alumni, Kerjasama dan Kewirausahaan UKRIDA), August Hamonangan, S.H., M.H. (Anggota DPRD Provinsi DKI Jakarta), dan Dr. Ashiong Munthe, S.Th., M.Pd. (Pengurus Pusat Pewarna Indonesia)

dr. Theresia Citraningtyas menyampaikan pandangannya perihal bagaimana kesehatan mental bisa menyerang siapa saja dan keinginan untuk mati pada seseorang bukanlah refleksi lemahnya iman seseorang, melainkan jeritan permohonan akan pertolongan. Dijelaskan lebih lanjut sumber yang memotivasi seseorang untuk bunuh diri bisa bermacam-macam, inilah pentingnya sudut pandang seseorang dalam memahami keadaan dan kondisinya yang sebenarnya karena seringkali mungkin yang mereka perlukan adalah didengarkan dan dibantu untuk mengakses tenaga profesional. Beliau menegaskan pentingnya peran masyarakat, keluarga, dan teman dalam meresponi dengan empati, tidak menghakimi, dan fokus pada penyembuhan. Beliau juga menghimbau pentingnya pendekatan yang berfokus pada penyembuhan, baik dalam sikap sehari-hari maupun dalam konten media. 

Sementara itu, August Hamonangan dari DPRD DKI Jakarta juga menekankan bahwa peran pemerintah dalam memberikan dukungan yang lebih kuat dalam penyediaan layanan kesehatan mental dan langkah-langkah preventif dapat diterapkan secara efektif, menciptakan jaringan pertolongan yang siap siaga di tengah masyarakat.

Dr. Ashiong Munthe menekankan pentingnya agama sebagai sumber kekuatan spiritual, namun dengan catatan bahwa dukungan spiritual ini harus seimbang dengan bantuan profesional. “Pendekatan holistik sangat dibutuhkan, dimana komunitas agama berperan dalam memberikan pengharapan, tetapi tetap mengandalkan bantuan psikologis dari tenaga ahli,” ujarnya.

Jelas dalam diskusi tersebut ketiga pembicara menekankan penangganan kesehatan mental sangat membutuhkan tenaga profesional dan dukungan masyarakat dalam mengatasi stigma. Melalui diskusi interaktif dan inspiratif seperti ini, UKRIDA yang disemangati motto Lead to Impact turut mengedukasi setiap lapisan masyarakat terutama Ukridian sebagai generasi penerus bangsa aware terhadap kesehatan mental.