Peran Dokter Internship di New Normal COVID-19

Publish by Humas  |  20 Desember 2021  |  22669

all

Perjalanan menjadi seorang dokter merupakan perjalanan yang cukup sulit dan panjang untuk dilalui. Adapun tahapan  perjalanan menjadi seorang dokter yaitu tahap pra-klinik, klinik, internship, dan sekolah spesialis. Tahap pra-klinik merupakan tahap pertama yaitu menjadi mahasiswa kedokteran, tahap klinik  merupakan tahapan menuntut ilmu dengan peran sebagai asisten dokter atau koas. Setelah menyelesaikan tahap klinik maka para calon dokter melanjutkan dengan ujian kompetensi mahasiswa program studi kedokteran yang terdiri dari ujian tertulis dan ujian praktek, setelah dinyatakan lulus dari ujian tersebut maka mereka akan mengikuti sumpah dokter dan menjalani internship. Internship ini merupakan kegiatan magang di rumah sakit atau puskesmas selama beberapa bulan kedepan. Program internship ini merupakan program pemerintah dalam pematangan kompetensi dokter. Internship ini berbeda dengan tahap klinik, dimana para dokter ini tidak diawasi ketat seperti pada tahap klinik dan pada tahap ini para dokter mendapatkan bayaran atas jasa dokter. Setelah tahap internship selesai barulah para dokter ini dapat bekerja di rumah sakit, puskesmas, atau membuka praktek sendiri, atau dapat melanjutkan studinya sebagai dokter spesialis. Perubahan kehidupan akibat dari COVID-19 juga berpengaruh dengan kegiatan internships yaitu yang semula kegiatan internship dilaksanakan selama satu tahun diubah menjadi sembilan bulan. Menghadapi new normal pasca pandemi ini memiliki tantangan tersendiri bagi dokter internship  yang mengakhiri masa akhir koas dengan segala keterbatasan belajar mengajar di masa pandemi. Kegiatan ini diisi oleh empat pembicara antara lain dr.Marshell Tendean, Sp.Pd,  dr. Irene Maria Elena, Sp.OG, Dr.dr. Wani Devita Gunardi, Sp.MK(K), dan dr. Stephanus. Acara dibuka dengan kata sambutan dari dr. Rinaldi Hartanto selaku ketua pelaksana dari kegiatan ini. dr. Eva Sofia D.E Fanggidae selaku ikatan alumni dokter UKRIDA, dr. Anton Castilani, M.Si., DFM selaku Dekan FKIK UKRIDA. Kegiatan ini dibagi menjadi dua kegiatan yaitu sesi pakar dan diskusi. Kegiatan sesi pakar yang pertama dibawakan oleh dr.Marshell Tendean, Sp.Pd yang membawakan topik yaitu kegawatdaruratan kardiovaskular, Kasus kegawatdaruratan kardiovaskuler merupakan salah satu kasus terbanyak yang sering menyebabkan kematian, salah satunya adalah kasus dengan nyeri dada. Prinsip penanganan gawat daruratan dibedakan menjadi primary survey dan secondary survey, dimana prima survey merupakan prinsip penangan pertama yang terdiri dari ABCDE (airway, breathing, cardiovascular, disability, dan environment). Selanjutnya saat kondisi pasien sudah stabil baru dilakukan secondary survey yang terdiri dari pemeriksaan fisik lengkap dan pemeriksaan penunjang yang lainnya. Selain menjelaskan mengenai prinsip dan penatalaksanaan awal, beliau juga mengajak para dokter internship yang hadir untuk berdiskusi mengenai berbagai kasus yang sering terjadi. Selanjutnya sesi pakar kedua dibawakan oleh dr. Irene Maria Elena, Sp.OG yang memaparkan topik mengenai penanganan kegawatdaruratan pada kehamilan, salah satu topik yang dibahas pada sesi ini adalah aborsi. Aborsi merupakan pengguguran janin atau embrio setelah melebihi masa dua bulan kehamilan dan biasanya dicirikan dengan perdarahan pervaginam sehingga perlu dilakukan dengan tes kehamilan. Selain itu juga dijelaskan mengenai penyakit yang sering terjadi pada kasus kegawatdaruratan yang bisa ditangani oleh para dokter umum pemeriksaan fisik, penunjang, dan tatalaksana obat, pembedahan dan atau kasus kegawatdaruratan yang harus segera dirujuk ke poli kebidanan. Kemudian sesi dilanjutkan dengan sesi pakar ketiga yang dibawakan oleh Dr.dr. Wani Devita Gunardi, Sp.MK(K) yang memaparkan tentang update terbaru dari perkembangan Covid-19 dari penjelasan umum covid-19, sensitivitas virus corona, mekanisme replikasi corona hingga transmisi SARS dan MERS COV-19. Selain menjelaskan tentang perkembangan covid-19, beliau juga menjelaskan vaksinasi COVID-19 dari perbedaan vaksin dan plasma convelens dimana kedua nya sama memiliki specific namun bedanya vaksin dapat membuat memori sedangkan plasma convelens tidak membuat memori, kemudian beliau menjelaskan mekanisme pembentukan vaksin, pentingnya vaksinasi, dan macam macam jenis vaksin yang digunakan pemerintah untuk masyarakat. Selanjutnya sesi pakar ke empat disampaikan oleh dr. Stephanus merupakan alumni UKRIDA 2014 yang bercerita tentang pengalaman beliau selama internship di masa pandemi COVID-19. Beliau menjalani internship di Banjarnegara dan dalam sharing beliau mengatakan bahwa hadapi yang ada, jangan berharap dengan idealis yang terlalu tinggi tetapi realistislah kepada kenyataan yang ada.

(C) Marketing-PR/Brigitta Vania S.

Berita Populer

5 Berita populer bulan ini