Pelatihan Bagi Pendamping Pasien Kanker

Publish by Humas  |  23 November 2021  |  26369

all kedokteran optometri keperawatan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UKRIDA mengadakan webinar “Pelatihan Bagi Pendamping Pasien Kanker” oleh narasumber Nani Tanjung Santoso bersama DR. Dr. Luciana B Sutanto, M.S., Sp.G.K. Dhilla. Beliau-beliau ini sebagai founder dari akun instagram @sahabat_pejuang_kanker, akun yang mengedukasi para pendamping pasien kanker melalui media sosial. Narasumber  Pertama Nani Tanjung Santoso dalam pemaparannya ada beberapa keluhan dan tantangan bagi pasien, antara lain; psikologis menurun ketika menerima kenyataan terdektesi kanker bagi pasien dan keluarga, pasien mengalami alergi, mual, demam dan tidak mau makan, terkadang setelah kemoterapi pasien mengalami sesak napas sehingga harus mencari oksigen portable, pasien kehilangan selera makan bahkan mengalami sakit ketika bergerak sehingga harus mengonsumsi painkiller. Beliau memberikan beberapa tips bagi pendamping pasien kanker. Pertama, mempunyai daftar kontak dokter yang berkaitan dengan kondisi pasien. Kedua, mempunyai daftar kontak caregiver dan ambulance. Terakhir, memiliki pengetahuan minimal seputar obat demam, painkiller, dan nutrisi. Narasumber kedua dr. Rebecca H. Angke, M. Biomed. Beliau dosen aktif program studi pendidikan dokter UKRIDA dan penggungjawab klinik utama Sasana Marsudi Husada Yayasan Kanker Indonesia. Kanker adalah sekumpulan penyakit genetik yang disebabkan oleh perubahan spesifik pada gen serta ditandai dengan adanya pertumbuhan sel yang tidak normal dan tidak terkendali. Cukup satu sel saja masuk ke dalam peredaran darah, maka sel kanker dapat menyebar, proses ini disebut metasasis. Semua orang dapat terkena kanker, tanpa melihat golongan apapun. Semua organ tubuh bisa terkena kanker kecuali rambut dan kuku. Tahap awal pasien terkena kanker adalah adanya keluhan. Contohnya adalah ketika seseorang banyak makan namun semakin kurus, maka harus diadakan pemeriksaan. Ketika menerima hasil pemeriksaan, secara psikis terdapat empat tahap penyesuaian diri. Pertama adalah tahap denial. Pada tahap ini pasien menolak kenyataan bahwa dia terjangkit kanker. Kedua adalah tahap anger. Pasien akan marah-marah, menyalahi kondisi sekitarnya dan merasa tidak adil. Ketiga adalah bargaining. Pasien akan mulai menawar-nawar seperti berprilaku menjadi pribadi yang lebih baik untuk kesembuhan dirinya. Terakhir adalah acceptance dimana pasien mulai berpikir positif terhadap kanker yang dideritanya. Tidak semua pasien kanker mengalami seluruh siklus ini, bisa jadi pasien tidak mengalami anger dan langung ke acceptance. Siklus ini bisa juga terjadi pada keluarga dan orang-orang terdekat pasien. Siklus denial yang terjadi pada pasien dan keluarga yang menyebabkan tertundanya penanganan klinis. Yang terpenting dari semua siklus ini adalah bagaimana pasien bangkit dan mau menjalani pengobatan. Beliau berbagi tips bagi pendamping pasien kanker. Pertama, carilah pengobatan yang pasti berdasarkan pada penelitian, bukan coba-coba. Kedua, orang-orang disekitar paisen harus berhati-hati dalam berbicara dan berkomentar karena dapat mempengaruhi kondisi psikis pasien. Ketiga, mencari komunitas penyintas yang benar berdasarkan pengobatan medis. Pendamping pasien juga harus sering memperhatikan kondisi pasien. Kondisi pasien kanker tidak dapat dipastikan berdasarkan tingkat stadiumnya karena beberapa pasien yang berada pada stadium empat masih dapat beraktivitas dengan baik. Narasumber ketiga Dr. Elly Ingkiriwang, Sp. KJ. “Dukungan Psikologis Bagi Pasien Kanker.” Pendamping pasien kanker mempunyai tantangan untuk jujur kepada pasiennya. Pendamping merasakan dilema, haruskah dia memberitahukannya kepada pasien atau tidak. Beliau berbagi tips yang membantu pendamping terlepas dari dilema ini. Pertama, dokter akan memberitahu terlebih dahulu ke keluarga. Kedua, pastikan ketika memberitahu kepada pasien tidak hanya sekedar memberitahu, melainkan mengajak pasien untuk berjuang bersama. Ketiga, memberitahu tanpa menakut-nakuti pasien. Keempat, berikan harapan kepada pasien, bukan harapan palsu melainkan harapan yang merupakan hasil penelitian seperti riset baru, obat baru, metode pengobatan baru dan sebagainya. Kelima beritahukan pasien bahwa segala sesuatu yang terbaik akan dilakukan. Ketika pasien bertanya “berapa lama saya akan hidup?” maka pendamping tidak perlu gelisah. Pendamping harus menenangkan diri untuk menjawab pertanyaan seperti ini. Beritahukan kepada pasien bahwa tidak ada satupun yang tahu umur seseorang. Lalu berikan tips-tips hidup sehat kepada pasien sehingga bisa bertahan lebih lama. Yang terpenting bagi pasien kanker adalah makna hidup yang dapat memotivasi mereka untuk terus bertahan. Narasumber keempat Dr. dr. Luciana B Sutanto, M.S., Sp. GK. Penjelasan materi tentang teknik pemberian makanan bagi pasien kanker. Pemenuhan gizi bagi pasien sangatlah penting. Kekurangan gizi dapat berdampak buruk bagi pasien kanker. Pemenuhan gizi mendukung pasien menjalani kemoterapi. Pola makan juga harus sesuai dengan jumlah yang diperlukan, jenis zat gizi yang lengkap dan jadwal makan yang teratur. Jadwal makan yang sehat adalah makan pagi, selingan, makan siang, selingan, makan malam, selingan. Pasien yang masih bisa makan, maka makanan yang harus diberikan adalah karbohidrat 175 kkal, lauk 300 kkal, sayur 50 kkal dan buah 40 kkal. Pasien yang dapat makan secara utuh, makanannya adalah makan biasa. Jika hanya bisa sekitar 75% saja, makanannya adalah makanan lunak. Jika 50% saja, makanannya adalah makanan biasa ditambah susu. Jika hanya 25% saja, maka hanya melalui pemberian susu. Jika pasien kanker tidak mampu untuk makan, maka pemberian makanan melalui pipa atau sonde infus.

(C) Marketing-PR/Oscar Deladas