Covid-19 sebagai Pandemi Global dan Transformasi Digital

Publish by Humas  |  22 Maret 2021

all sistem-informasi

Kondisi pandemi secara tidak langsung mengkondisikan organisasi untuk semakin mengandalkan teknologi informasi untuk aspek misi penting dari operasioonal perusahaan.

Pada tanggal 15 Maret yang lalu tepat satu tahun pemerintah Indonesia meminta masyarakat untuk bekerja dari rumah dalam rangka menekan penyebaran virus covid-19. Dari sisi teknologi informasi, apa trend yang berkembang selepas 1 tahun berlalu? Studi yang dilakukan oleh IBM pada akhir 2020 dengan melibatkan lebih dari 3800 petinggi organisasi (C level) di 20 negara dan 22 industri, menunjukkan bahwa hampir 6 dari setiap 10 organisasi yang ikut dalam survei, mempercepat transformasi digital mereka sebagai akibat dari pandemi covid-19. Kondisi pandemi secara tidak langsung mengkondisikan organisasi untuk semakin mengandalkan teknologi informasi untuk aspek misi penting dari operasioonal perusahaan. Transformasi digital tidak sekedar mengikuti trend atau sekedar mengejar nilai tambah untuk bisnis, namun menjadi salah satu faktor yang menentukan kelangsungan hidup (survivability) organisasi saat ini. (https://www.ibm.com/thought-leadership/institute-business-value/report/covid-19-future-business)

Para eksekutif yang terlibat dalam studi juga menghadapi banyak kondisi ketidakpastian, tantangan untuk mendukung para karyawan agar dapat bekerja dari jarak jauh, dan disaat yang sama berusaha memangkas biaya operasional mereka. Ada 2 keyword penting disini yaitu agility dan adaptability, yang kalau dikombinasikan mengacu pada kemampuan organisasi untuk berubah, beradaptasi secara cepat namun terukur. Transformasi digital sendiri mengacu pada kemampuan untuk menggunakan teknologi informasi, mengubah bagaimana cara organisasi beroperasi dan melayani para pelanggannya. Banyak organisasi terjebak ketika bicara transformasi digital karena hanya berfokus pada aspek teknis atau teknologi semata, harap di ingat bahwa aspek teknologi adalah justru yang paling mudah diadopsi karena batasannya hanya seberapa besar modal atau alokasi dana yang disiapkan untuk belanja teknologi. Dua aspek sisanya yaitu aspek proses dan manusia adalah yang tersulit, dan 2 aspek inilah yang membedakan mereka yang berhasil dengan yang tidak berhasil dalam melakukan transformasi digital.

Yang menarik, kunci dari kesuksesan transformasi digital ada pada aspek manusia, dan dimulai dari ‘mindset’. Jadi aset utama dari transformasi digital adalah manusia bukan teknologinya. Dan proses pembentukan mindset banyak dipengaruhi oleh kualitas pendidikan. Kurikulum program studi Sistem Informasi UKRIDA mengkombinasikan ‘hard’ dan ‘soft’ aspek dari teknologi informasi. Di ‘hard’ aspek, fokusnya pada penguasaan teknologi informasi dari sisi teknis seperti kemampuan untuk mengimplementasikan dan mengkonfigurasikan, sedangkan pada ‘soft’ aspek, fokusnya pada kompetensi identifikasi, analisa dan desain untuk lingkup proses dan manusia sehubungan dengan penggunaan teknologi informasi itu sendiri. Hal tersebut sesuai dengan objektif utama dari seorang lulusan sistem informasi, yaitu kompetensi untuk dapat merumuskan bagaimana teknologi informasi dapat digunakan sebagai solusi yang tepat guna bagi organisasi. Salah satu tips dalam memilih program studi adalah jangan hanya melihat skill-skill teknis tertentu secara parsial, tapi mulailah untuk melihat kurikulumnya secara holistik satu-kesatuan yang terpadu.

=