Alumni UKRIDA Berkarya Melayani di Wisma Atlit

Publish by Humas  |  15 Desember 2020  |  19918

all kedokteran

Ipda dr Senna  Handoyo., S.Ked alumni Kedokteran bertugas di Wisma Altlet dalam menangani pasien COVID-19.

Muda, Berdedikasi, Pandai, dan Ulet. Begitulah sosok salah satu alumni Ukrida, Ipda dr Senna  Handoyo., S.Ked yang resmi dilantik menjadi Inspektur Polisi Dua (Ipda) pada tahun ini (2020) di Sekolah Inspektur Polisi Sumber Sarjana (SIPSS). Pada tanggal 27 Oktober-30 November beliau bertugas di Wisma Altlet dalam menangani pasien COVID-19. Awalnya dr. Senna ditunjuk sebagai kepala tim swab Tower 7. Disana tugasnya melakukan swab kepada pasien-pasien yang ada di tower 4 dan 7. Setiap harinya ada 80-100 pasien yang dilayaninya.

Berikut ini adalah sedikit gambaran mengenai wisma atlet selama penanganan COVID-19 yang dr Senna berikan untuk kita boleh mengerti. Di Wisma Atlet dibagi menjadi 4 tower. Tower tower 4 dan 5 untuk yang OTG, dan di tower 6 dan 7 untuk yang bergejala ringan - sedang. Apabila pasien bergejala berat akan dilakukan rujuk ke RS yang memiliki ICU, karena di wisma Atlet ini belum ada ICU (Intensive Care Unit) yang ada hanya IMCU (Intermediate Care Unit) dan HCU (Hospital Care Unit).

Beberapa waktu  kemudian, dr Senna dipindah tugaskan  menjadi Kepala Tim Dokter Umum, yang terdiri dari 5 tim,dr Senna dan  Katim 4 Dokter Umum lainnya di RSDC Wisma Atlet, mengepalai 32 Dokter Umum yang terdiri dari Dokter Umum regular, Nusantara Sehat, dan Internsip.

Tentunya ada suka dan duka dalam melayani pasien COVID-19, penyakit yang sedang mewabah ini. Ketika ditanya apa sukanya? Berikut jawaban beliau: “Disini saya jadi bisa berbagi pengalaman dengan pasien-pasien Covid. Bisa mengenal bagaimana perjalanan penyakit Covid sendiri, dan penatalaksanaannya. Selain itu saya juga Covid Survivor, jadi saya sedikit paham bagaimana rasanya di Isolasi,  saya bisa berbagi rasa suka duka nya saat isolasi. Di tempat ini, kami bisa berbagi pengalaman, sharing dengan dokter umum, perawat, paramedis, dan relawan lain. Disini juga banyak disediakan pelatihan-pelatihan untuk para tenaga kesehatan secara gratis.”

Bagaiaman dengan duka nya?  “Saya tidak bisa bertemu dengan keluarga, karena disini sulit untuk keluar, bahkan tidak boleh sama sekali.  Kita disini fokus kepada dedikasi kita untuk negara, mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran kita untuk pasien-pasien disini. Selain itu, memakai hazmat selama 9 jam itu cukup menyiksa, karena saat itu kita tidak boleh minum, makan, BAB, atau pun BAK. Karena kita benar benar tertutup, tidak ada celah yang boleh terbuka agar tidak terpapar.”

Ditutup dengan  pertanyaan terakhir, Apa pesan untuk Ukridian? “Bantu kami para tenaga kesehatan, relawan dengan menerapkan protokol kesehatan, seperti memakai masker, menjaga jarak, tidak berkerumun, serta menjaga hand hiegine untuk mencegah terjadinya Corona.
Dengan seperti itu sangat membantu bagi para tenaga kesehatan khususnya.
Semoga dengan kesadaran yang kita mulai dari diri sendiri membantu kita memberantas pandemi Covid-19 ini. Lindungi dirimu, keluargamu, serta lingkungan mu. Salam Ukridian”

C) Dewi Kumalasari/Desember 2020