Perawat Profesional yang Memanusiakan Manusia

Publish by Humas  |  01 Desember 2020

all keperawatan

Tinjauan Masalah Etika bagi Perawat di Tengah Pandemi COVID-19  

Kita tahu bahwa beberapa hal yang terjadi disekeliling kita dapat menimbulkan banyak perubahan dan pengajaran terutama selama pandemi COVID-19 ini. Kita diajarkan untuk menjaga kebersihan, kesehatan, dan lebih memanusiakan manusia. Sebuah pertanyaan besar yang penting untuk didiskusikan bersama adalah “Bagaimana perawat profesional dapat menjadi manusia yang memanusiakan manusia di tengah pandemi COVID-19?”, “Bagaimana pandemi COVID -19 mengubah pendekatan perawatan pasien?”, “Benarkah pandemi ini menimbulkan “dehumanisasi”?.

Mungkin sebagian dari kita juga pernah melihat atau mendengar kabar tentang tenaga medis khususnya perawat yang mendapatkan diskriminasi dari masyarakat. Mereka dianggap membawa virus corona dari pasien dan anggota keluarga mereka pun tidak luput dari stigma tersebut. Belum lagi permasalahan bahwa tidak semua perawat mau ditempatkan di ruang isolasi karena beresiko tinggi. Pertama-tama, mari bayangkan seandainya kita adalah perawat yang harus menangani pasien. Dimana kita tidak mengetahui kondisi pasien yang datang, apakah pasien tersebut terindikasi COVID atau tidak. Lalu, bagaimana perasaan kita? Pasti campur aduk antara takut, bingung, dan merasa dilema akan keprofesionalitasan kita sebagai perawat. Kita juga berada pada situasi sulit diantara memilih keselamatan diri, pasien, atau keluarga. Apa yang mesti kita lakukan? Jawaban sederhananya adalah dengan melihat manusia itu secara utuh yang berarti kita dapat memposisikan diri sebagai pasien yang tanpa penunggu, tanpa penjenguk, atau bahkan tanpa bantuan perawat tetapi secara bersamaan kita juga mampu melihat diri kita sebagai manusia. Selain itu, apakah dengan menjadi garda terdepan itu menandakan bahwa perawat adalah superhero? Tidak, kita harus memahami bahwa kita adalah seorang manusia biasa yang berprofesi sebagai perawat dengan shift panjang, mengenakan APD lengkap, dan rasio pasien yang tidak sebanding yang dapat menyebabkan kesibukan yang padat hingga burnout. Lalu, siapa yang harus diselamatkan ketika banyak orang perlu pertolongan?

Sebagai tenaga medis atau perawat, kita mempunyai kaidah dasar moral, yaitu etika yang dapat menuntun kita baik secara langsung maupun tidak langsung dimana terdapat 4 prinsip, yaitu Benefience (melakukan hal baik), Non-Maleficence (tidak melakukan yang baik), Justice (keadilan), Autonomy (hak pasien). Meskipun setiap kasus tidak pasti, kita tetap bisa menggunakan keempat prinsip ini secara bersamaan. Pada intinya, perawat bukan superhero dan jangan pernah merasa bahwa diri kita ini adalah pahlawan atau orang yang dituntut untuk menolong serta menyelamatkan nyawa orang lain. Perawat adalah profesi luhur yang aslinya mempunyai panggilan hidup yang mulia, orang yang membaktikan hidupnya bagi kehidupan, memberikan pelayanan dengan penuh kasih, dan juga manusia yang punya keterbatasan fisik, sosial, dan spiritual serta keperluan untuk harus dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan. Ingat bahwa apa yang sudah terjadi dalam hidup kita itu tidak mungkin sebuah kesalahan, tergantung bagaimana kita menghadapinya karena ketika kita membaktikan diri pada kehidupan atau nyawa orang lain maka segala risiko harus siap kita hadapi.

Berikut langkah-langkah praktis yang dapat dilakukan:

  1. Memiliki pola hidup yang seimbang dimana hobi dengan aktivitas sehari-hari harus seimbang. Karena dengan begitu otak kita bisa istirahat dan keesokan harinya jadi optimal
  2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan terutama soal COVID-19. Karena menjadi langkah penting karena mempermudah
  3. Menghidupi nilai-nilai perawat, dengan ini kaidah-kaidah etik bakal
  4. Membuat panduan etik bersama yang akan selalu diperbaharui. Ini menjadi langkah penting terkait dilema Selain itu, yang harus diperhatikan adalah bukan setebal apa panduan tersebut tetapi ketika orang tersebut atau kita pribadi bertemu sebuah kasus akan tahu apa yang mesti dilakukan.
  5. Latihan berulang kali (Klinis dan Etik).
  6. Memiliki komunitas yang

Kesimpulan yang dapat kita ambil adalah terkadang ada hal-hal yang tidak bisa digantikan dari keberadaan tenaga medis, yaitu sentuhan manusia. Meskipun saat ini era teknologi, namun semua takkan berarti kalau tidak menggunakan kasih sayang dan perhatian. Mungkin kita tidak harus berkontak fisik dengan pasien apalagi dengan kondisi pandemi seperti ini. Namun kehadiran diri kita itulah yang paling penting bagi pasien. Kita perlu ingat 4 prinsip di atas dimana keempatnya itu dapat dilakukan semuanya secara bersamaan. Sebagai perawat, jangan lupa kalau kita ini manusia yang secara alamiah adalah makhluk holistik, maka dari itu perlu keseimbangan dalam proses perawatan dan penjagaan diri. Karena jika kita dapat memahami bahwa diri kita adalah manusia maka kita bisa memandang pasien sebagai diri kita sendiri tanpa membeda-bedakan.

Penulis : Agatha Tunjung Dwivania (152019030)

Editor : yn.fanny

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

=