Melatih Anak Cerdas Emosi Sejak Dini
Perkembangan otak balita didominasi dari perkembangan emosional, itu mengapa penting untuk melatih emosi sejak dini
Di tengah situasi pandemi saat ini, baik anak-anak sampai dewasa mengalami emosi yang tidak stabil. Seseorang perlu dilatih menjadi cerdas emosi sejak dini, karena perkembangan otak balita didominasi perkembangan emosional. Topik ini dipaparkan oleh Pinkan Margaretha, M.Psi., Psikolog pada Sabtu, 16 Januari 2021 melalui Pusat Layanan Psikologi UKRIDA menyelenggarakan webinar ‘Parents As An Emotional Intelligence Coach’
Ada beberapa tanda orang dapat dikatakan memiliki kecerdasan emosional yang baik. Pertama, orang yang cerdas emosional memiliki self-awareness, yaitu mengerti apa yang sedang dirasakan. Kedua, orang perlu mengelola perasaannya, sehingga dapat diekspresikan sepatutnya dan secara efektif, dalam arti tidak merugikan diri sendiri dan orang lain. Cerdas emosi berarti harus dapat meregulasi emosi sehingga emosi tidak menghalangi tanggung jawab dan kewajibannya. Ketiga, memiliki motivasi. Keempat, berempati, tingkat kecerdasan seseorang setelah mampu memahami diri sendiri adalah dapat memahami orang lain. Terakhir, ketika orang telah melewati berbagai tingkatan tersebut, maka orang dapat melakukan berbagai keterampilan sosial seperti memaafkan orang lain, membujuk orang lain, bernegosiasi, dan menjalin relasi dengan baik.
Untuk dapat mencapai kecerdasan emosional tersebut, orang tua dapat melatih anak-anaknya dalam kesempatan dengan sabar dan berulang. Misalnya ketika anak mengekspresikan perasaan yang dialaminya dengan cara marah menggebu-gebu, menangis, hingga berguling-guling, perlu disadari bahwa hal tersebut bukanlah kenakalan, tetapi merupakan kesempatan untuk orang tua mengenalkan emosi pada anak. Dengan demikian, orang tua dapat lebih memahami, menerima dan aktif membantu mengelola dengan emosi anak. Sejatinya emosi tidak boleh ditolak, harus diterima dan dikelola dengan baik untuk mencapai cerdas emosi. Jika anak tidak dibantu secara memadai untuk mengatasi emosi yang intens, maka ‘alarm’ di otak dapat berfungsi berlebihan di kehidupan mendatang. Pola asuh yang baik harus seimbang antara disiplin dan belas kasih sehingga dapat menciptakan manusia yang tahu aturan tetapi juga peduli dan mampu berempati dengan orang lain.