Webinar Forum Komunikasi FKIK UKRIDA : Meningkatkan Pemahaman Infeksi Paru pada Perspektif Radiologi dan Klinis
Sabtu, 10 Mei 2025 ForKom FKIK BK-PKTI Kristen di Indonesia bekerja sama dengan LPPM UKRIDA mengadakan webinar bertema Meningkatkan Pemahaman Infeksi Paru “Perspektif Radiologi dan Klinis”
Sabtu, 10 Mei 2025 Forum Komunikasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Badan Kerja sama Perguruan Tinggi (ForKom FKIK BK-PKTI) Kristen di Indonesia bekerja sama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UKRIDA mengadakan webinar yang bertema Meningkatkan Pemahaman Infeksi Paru “Perspektif Radiologi dan Klinis” secara online melalui media zoom. Selain Ketua ForKom FKIK BK-PKTI, Ketua LPPM, dan Ketua webinar Infeksi Paru atau Pneumonia, webinar juga dihadiri oleh beberapa perwakilan dari Fakultas Kedokteran Perguruan Tinggi Kristen antara lain; Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW), Universitas Methodist Indonesia, Universitas Kristen Maranatha, Universitas Kristen Indonesia (UKI), Universitas Ciputra, Universitas Kristen Petra, Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Universitas HKBP Nommensen Medan, Narasumber dan para partisipan dari kalangan mahasiswa Kedokteran dan praktisi kesehatan.
Infeksi paru atau pneumonia menjadi salah satu masalah kesehatan global saat ini yang memerlukan pemahaman mendalam dan kolaborasi multidisiplin dalam penanganannya sehingga tema yang diangkat sangat relevan dengan kondisi kesehatan paru di Indonesia. Bersama empat narasumber dengan bidang kepakarannya masing-masing membahas secara singkat mulai dari pendekatan pasien pneumonia untuk pengobatan infeksi, memahami pneumonia pada anak-anak, mengenal gejala-gejalanya, hingga penanganan pneumonia.
Mulai dari pemaparan topik “VATS: A Minimally Invasive Approach to Lung Infection Treatment”, yang dibawakan oleh Dr. dr. Ronald Winardi Kartika, M. Biomed, Sp.BTKV Subsp VE(K)., sebagai narasumber pertama dalam webinar tersebut dan Dosen Program Studi Kedokteran UKRIDA. Beliau menyampaikan Lung Infection Surgery atau bedah infeksi paru-paru sering menjadi pilihan untuk mengatasi infeksi paru yang parah dalam arti kondisi paru-paru tidak lagi merespon pengobatan medis seperti pemakaian antibiotik, dan kasus-kasus seperti abses paru, pneumonia parah, dan empyema (penumpukan cairan infeksi di antara ruang paru-paru dan dinding dada) maka pendekatan invasive untuk pengobatan infeksi paru yang lebih efektif adalah tindakan yang melibatkan berbagai teknik dengan mengurangi sayatan dan kerusakan jaringan dibandingkan operasi terbuka seperti video assisted thoracoscopic surgery (VATS).
Selanjutnya, Dr. Frecillia Regina, SpA., sebagai narasumber kedua dan Dosen Fakultas Kedokteran Umum Universitas Kristen Maranatha memaparkan topik mengenai “Lung Infection in Common Children”. Beliau menjelaskan terdapat tiga aspek sebagai upaya preventif kasus infeksi paru pada anak, yaitu host (tubuh manusia), agent (bakteri, virus, dan jamur), dan environment (lingkungan sekitar).
Webinar berlanjut pada sesi ketiga yang dikemas dalam topik pemaparan pneumonia pada pasien dewasa oleh Dr. Chrispian Oktafbipian Mamudi, SpPD-KPMK, FINASIM., seorang Konsultan Paru (pulmonology) dan Dosen Program Studi Kedokteran UKRIDA dengan judul topik “Management of Pneumonia”. Beliau menyampaikan pneumonia adalah suatu proses inflamasi pada paru-paru yang disebabkan oleh infeksi dari bakteri, parasit, virus atau jamur. Biasanya antibiotik menjadi obat pertama untuk pasien pneumonia sebelum hasil pemeriksaan pendukung pneumonia.
Di akhir webinar, Dr. Jimmy Indarto, SpRad juga hadir sebagai narasumber keempat, beliau ahli radiologi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dan Dosen Fakultas Kedokteran UKDW, menutup webinar dengan topik pembahasan “Comparison of Lung Imaging”. Dalam pemaparannya, beliau menjelaskan X-ray sering digunakan untuk mendiagnosis pneumonia pada anak karena dapat memberikan gambaran visual yang lebih jelas tentang kondisi paru-paru dan membantu mendeteksi adanya infeksi. Beberapa jenis diagnosis seperti USG dan MRI juga dapat menjadi pilihan namun karena pemakaiannya memiliki risiko tinggi, maka dibutuhkan alat pelindung diri (APD) yang mencukupi sehingga opsi ini menjadi jarang dipakai.
Melalui webinar kolaborasi beberapa perguruan tinggi yang diprakarsai oleh ForKom FKIK BK-PKTI Kristen di Indonesia dan LPPM UKRIDA dan dengan semangat moto Lead to Impact, FKIK UKRIDA terus mengupayakan peningkatan pemahaman sehingga para tenaga medis dapat mendiagnosis dengan akurat dan mampu memberikan penanganan yang tepat khususnya pada pasien infeksi paru untuk berdampak pada Indonesia yang lebih sehat.