Pentingnya Pendidikan Seksualitas untuk Mencegah Kekerasan Seksual

Publish by Humas  |  15 November 2021

all

Webinar‘Sexual Education’ yang merupakan salah satu rangkaian seminar nasional "Festival Nasional 3 Anti Dosa" menghadirkan Pinkan Margaretha Indira, M. Psi., Psikolog selaku dosen dan Kepala Program Studi Psikologi UKRIDA sebagai narasumber. Beliau menjelaskan bahwa di Indonesia, seksualitas seringkali diinterpretasikan negatif dan tabu. Di era digital, pendidikan seksualitas dinilai perlu diberikan sejak dini, mengingat mudahnya akses informasi mengenai seksualitas. Apabila informasi yang diperoleh tidak tepat justru dapat menjerumuskan. Berdasarkan penelitian, seseorang yang memiliki pengetahuan seksualitas justru akan lebih berpikir panjang dan dapat mengendalikan diri. Tentu, pemberian informasi tersebut perlu disesuaikan dengan tahapan usia dan pemahaman lawan bicara. Menurut World Health Organization(WHO), dalam pendidikan seksualitas yang komprehensif harus memuat 8 hal. Pertama, keterampilan membangun relasi interpersonal yang baik dan sehat dengan keluarga, teman dan orang lain. Kedua, memiliki acuan nilai dan budaya yang dianut penting untuk menentukan batasan dan prinsip diri di tengah masuknya berbagai macam nilai dan budaya luar saat ini. Selain itu, pemahaman hak asasi manusia akan menegaskan apa saja hak orang lain yang harus dihormati terutama berkaitan dengan seksualitas. Ketiga, pemahaman mengenai gender yang merupakan karakteristik fisiologis dan sosial budaya yang dikaitkan dengan jenis kelamin diri sendiri. Keempat, pengetahuan mengenai bentuk kekerasan seksual dan cara menjaga diri agar terhindar dari kekerasan seksual. Ada 20 tindakan yang digolongkan kekerasan seksual yang tercantum dalam Permendikbud Ristek No. 30 tahun 2021. Permendikbud tersebut sekaligus menjadi payung hukum untuk melindungi korban dan menindak tegas pelaku kekerasan seksual. Kelima, pengetahuan mengenai cara untuk hidup sehat dan sejahtera. Keenam, pengenalan konsep fisiologis tubuh manusia dan perkembangannya, termasuk perilaku seksual yang akan dialami sesuai dengan perkembangan usia. Ketujuh, memberikan pengertian mengenai orientasi seksual. Terakhir, meningkatkan kesadaran untuk menjaga kesehatan reproduksi dan bahaya penyakit menular seksual.Beliau mengingatkan seksualitas tidak hanya melibatkan aspek biologis, tetapi juga aspek emosional dan kognisi. Dorongan seksual memang dapat terjadi secara naluriah, namun sebagai manusia yang memiliki akal budi dapat menimbang konsekuensi dan mengambil keputusan.

(C) Marketing-PR/Felicia Noviani

=